close
Kader Berbagike-Islaman

Kisah Nabi Ibrahim (Bagian ke-17): Ibrahim Meninggalkan Hajar dan Isma’il & Kisah Air Zam-Zam

kisah-nabi-ibrahim

Imam Bukhari menuturkan, ‘Abdullah bin Muhammad, ia adalah Abu Bakar bin Abu Syaibah mengatakan, ‘Abdurrazzaq bercerita kepada kami, Ma’mar bercerita kepada kami, dari Ayyub As-Sakhtiyani dan Katsir bin Katsir bin Muttallib bin Abu Wada’ah, salah satu di antara keduanya menambahkan satu nama lain, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia menuturkan, ‘Wanita pertama yang mengenakan ikat pinggang memanjangkan adalah ibu Isma’il. Ia mengenakan ikat pinggang semacam itu untuk menghapus jejak bagi Sarah.

Ibrahim kemudian pergi bersama Hajar dan anaknya yang masih disusui, lalu keduanya ditempatkan di dekat Baitullah, di dekat sebuah pohon besar, tepat di atas sumur Zamzam, di dataran atas Masjid. Saat itu Mekkah tidak dihuni seorang pun, juga tidak ada air disana. Ibrahim menempatkan Hajar dan Isma’il disana dengan membekali sebuah ransel berisi kurma dan geriba air.[1]

Setelah itu Ibrahim bergegas pergi, ibu Isma’il mebuntuti lalu berkata, “Hai Ibrahim! Hendak kemana kau pergi dan meninggalkan kami di lembah tanpa teman atau apa pun disini?’ Hajar mengucapkannya hingga beberapa kali, namun Ibrahim tidak jua menoleh. Akhirnya Hajar bertanya, ‘Allah-kah yang menyuruhmu untuk melakukan hal ini?’ ‘Ya,’ jawab Ibrahim. Hajar akhirnya mengatakan, ‘Kalau begitu, Ia tidak akan menelantarkan kami.’ Hajar kemudian kembali.

Ibrahim terus pergi, kemudian setelah tiba di bukti Tsaniyah, tempat dimana Hajar dan Isma’il sudah tidak melihatnya, Ibrahim memanjatkan doa berikut dengan mengangkat kedua tangan, ‘Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Ibrahim: 38).

Baca Juga:  Gus Mus: Islam Itu Damai, Guyub dan Ora Petentengan

Hajar kemudian menyusul Isma’il dan meminum air yang diberikan Ibrahim. Setelah persediaan air habis, Hajar kehausan, seperti itu juga anaknya. Hajar kemudian menatap anaknya yang tengah berbaring. Ia akhirnya pergi karena tidak tega melihat anaknya. Ia melihat bukit paling dekat di sekitarnya adalah bukit Shafa. Ia kemudian berdiri di puncak bukit Shafa dan melihat kesana kemari apakah ada seseorang, namun ia tidak melihat siapa pun. Ia kemudian turun dari Shafa, setelah tiba di perut lembah, ia melipat pakaian hingga sebatas lengan, kemudian berlari-lari kecil layaknya orang yang sudah keletihan. Setelah melaui lembah tersebut, ia menghampiri bukit Marwa, lalu berdiri di puncaknya, disana ia melihat menghampiri bukit Marwa, lalu berdiri di puncaknya, disana ia melihat apakah ada seseorang, namun ia tidak melihat siapa pun. Hajar melakukan hal itu sebanyak tujuh kali.

Ibnu Abbas mengatakan, “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan, ‘Itulah sa’i orang-orang di antara Shafa dan Marwa.”

Saat berada di atas bukit Marwa, Hajar mendengar suara, ia pun berkata dalam hati, ‘Diamlah.’ Sesaat kemudian Hajar mendengar suara yang sama. Hajar pun berkata, ‘Kami mendengar suaramu, jika kau bisa menolong, tolonglah kami!’ Ternyata di hadapannya ada seorang malaikat di tempat Zamzam berada. Malaikat itu lantas menghentakkan tumit, atau sayapnya, hingga air memancar, Hajar kemudian mengumpulkan air itu tangannya dan memasukkan air ke dalam geriba. Air itu memancar deras setelah diciduk Hajar.

Ibnu Abbas berkata, ‘Nabi SAW bersabda, ‘Semoga Allah merahmati Ibu Ismail, andai ia membiarkan Zam-zam, atau beliau bersabda, ‘Andai ia tidak menciduk air Zam-zam, niscaya akan mengalir (ke seluruh permukaan bumi).’ Ia pun minum dan menyusui Ismail kecil, kemudian malaikat itu berkata kepadanya, ‘Jangan takut terlantar karena disini akan berdiri Rumah Allah yang dibangun bocah ini dan Ayahnya, Allah tidak akan menelantarkan ‘keluarganya’.”

Baca Juga:  Kisah Kesetiaan dan Tepat Janji Nabi saw

Pada mulanya Ka’bah berada di ketinggain seperti bukit, kemudian banjir besar melanda hingga mengikis sebelah kiri dan kanannya. Kondisi Hajar tetap bertahan seperti itu hingga sekawanan dari Jurhum, atau keluarga Jurhum, melintas melalui jalan Kada, mereka singgah di kawasan bawah Mekkah. Mereka melihat seekor burung terbang berputar-putar, mereka berkata, ‘Sungguh, burung itu berputar mengelilingi air, tapi setahu kita di lembah ini tidak ada air.’ Mereka akhirnya mengutus perwakilan, mereka menemukan air, setelah itu para utusan itu kembali untuk memberitahukan keberadaan air. Setelah semuanya berdatangan, saat itu Hajar berada di dekat air, mereka berkata, ‘Apa engkau mengizinkan kami untuk singgah di tempatmu?’

‘Ya, tapi kalian tidak memiliki hak atas air ini.’ Sahut Hajar.

‘Baik.’ kata mereka.

Ibnu Abbas berkata, ‘Nabi SAW bersabda, ‘Hal tersebut membuat Ibu Isma’il senang, ia senang ada temannya. Mereka singgah dan mengirim utusan untuk menemui keluarga, akhirnya semuanya tinggal bersama-sama disana hingga beranak-pinak.

  1. Bukhari dalam kitab: Para nabi, bab: nomor 9, Ahmad dalam Musnad-nya (l/347).
Tags : Dunia IslamIbrahim Meninggalkan Hajar dan Isma’ilInspirasiKader BerbagiKe-IslamanKisahKisah Nabi IbrahimKomsasKomsas UM
Komsas

The author Komsas

Merupakan Komisariat HMI tertua di Kota Malang dan Komisariat pertama sebelum adanya HMI Cabang Malang. Komisariat yang terlahir dari Kampus Universitas Negeri Malang yang dulunya di kenal dengan IKIP Malang.