close
Kader Berbagike-Islaman

Kisah Nabi Ibrahim (Bagian ke-14): Sarah dan Raja Lalim di Mesir

kisah-nabi-ibrahim

Imam Bukhari meriwayatkan, dari Muhammad bin Mahbub, dari Hammad bin Zaid, dari Ayyub, dari Muhammad, dari Abu Hurairah, ia mengatakan, “Ibrahim tidak pernah berkata dusta, kecuali tiga kali. Dua diantaranya terkait Dzat Allah; kata-kata Ibrahim, ‘Sebenarnya (patung) besar itu yang melakukannya.’ (Al-Anbiya: 63). Abu Hurairah meneruskan, ‘(Yang ketiga) suatu ketika saat Ibrahim bersama Sarah, tanpa diduga datanglah seorang Raja lalim. Ada yang mengatakan padanya, ‘Disini ada seorang lelaki membawa wanita yang amat cantik.’ Si Raja datang menghampiri dan bertanya kepada Ibrahim tentang wanita yang dimaksud. Raja bertanya, ‘Siapa dia?’ Ibrahim menjawab, ‘Dia saudariku.’ Setelah itu Ibrahim menemui Sarah lalu berkata, ‘Wahai Sarah! Di muka bumi ini, tidak ada seorang mukmin pun selain aku dan kamu. Si Raja itu bertanya padaku, lalu aku berkata padanya bahwa kau adalah saudariku. Untuk itu jangan kau dustakan aku.’

Raja mengirim utusan untuk memanggil Sarah. Setelah Sarah masuk, si Raja berusaha meraih Sarah dengan tangannya, namun ia tertimpa petaka. Si Raja berkata, ‘Berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku, aku berjanji tidak akan menyakitimu.’ Sarah kemudian berdoa kepada Allah, si Raja itu pun terlepas dari petaka yang menimpa. Namun setelah itu si Raja berusaha meraih Sarah lagi untuk kali kedua, sama seperti sebelumnya, atau bahkan lebih keras. Si Raja kembali tertimpa petaka. Ia berkata, ‘Berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku, aku berjanji tidak akan menyakitimu.’ Sarah kemudian berdoa kepada Allah, si Raja itu pun terlepas dari petaka yang menimpa. Si Raja kemudian memanggil salah seorang ajudannya dan berkata, ‘Yang kalian bawa ini bukan manusia, tapi setan.’ Raja kemudian menghadiahkan Hajar kepadanya sebagai pelayan.

Sarah kemudian pulang menemui Ibrahim yang saat itu tengah shalat. Ibrahim berisyarat dengan tangannya seakan bertanya bagaimana kondisinya. Sarah berkata, ‘Allah membalikkan tipu daya orang kafir, atau orang keji, berbalik menimpa dirinya sendiri, dan dia menghadiahkan Hajar kepadaku sebagai seorang pelayan.’

Abu Hurairah mengatakan, ‘Itulah ibu kalian, wahai anak-anak air hujan’.”

Hanya Imam Bukhari yang meriwayatkan hadist ini melalui sanad di atas secara mauquf.[1]

Hadist ini juga diriwayatkan Al-Hafizh Abu Bakar Al-Bazzar dari Amr bin Ali Al-Fallas, dari Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi, dari Hisyam bin Hassan, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘Alihi wa Sallam, beliau bersabda, “Ibrahim tidak pernah berkata dusta, kecuali tiga kali, semuanya terkait Dzat Allah; kata-kata Ibrahim, ‘Sesungguhnya, aku sakit.’ (Ash-Shaffat: 89), dan kata-kata Ibrahim, ‘Sebenarnnya (patung) besar itu yang melakukannya.’ (Al-Anbiya: 63). (Yang ketiga) suatu ketika Ibrahim melintas di sebuah negeri seorang Raja lalim. Saat singgah di sebuah rumah, si Raja lalim datang, kemudian ada yang berkata kepadanya, bahwa ada seseorang lelaki bersama seorang wanita amat cantik singgah di tempat tersebut.

Baca Juga:  Kisah Nabi Ibrahim (Bagian ke-7): Siasat Nabi Ibrahim Untuk Menyadarkan Kaumnya

Si Raja kemudian mengirim utusan untuk memanggil Ibrahim, kemudian si Raja menanyakan tentang wanita tersebut, Ibrahim menuturkan, ‘Si Raja itu menanyakan tentangmu padaku, lalu aku berkata, ‘Kau saudariku,’ karena saat ini tidak ada seorang muslim pun selain aku dan kamu, dan kau adalah saudariku, maka jangan kau dustakan aku di hadapannya.’

Utusan Raja kemudian datang bersama Sarah. Saat Raja hendak meraih Sarah, si Raja tertimpa petaka. Ia berkata, ‘Berdoalah kepada Allah kesembuhanku, aku berjanji tidak akan menyakitimu.’ Sarah kemudian berdoa kepada Allah, si Raja itu pun terlepas dari petaka yang menimpa. Namun si Raja kembali tertimpa petaka. Ia berkata, ‘Berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku, aku berjanji tidak akan menyakitimu.’ Sarah kemudian berdoa kepada Allah, si Raja itu pun terlepas dari petaka yang menimpa. Hal itu terjadi sampai tiga kali. Si Raja kemudian memanggil salah seorang ajudannya yang terdekat, Raja berkata, ‘Yang kau bawa kepadaku bukan manusia, tapi setan. Keluarkan dia dan berikan Hajar padanya.’

Sarah datang saat Ibrahim sedang shalat. Saat melihat kedatangannya, Ibrahim menyelesaikan shalat lalu berkata, ‘Ada berita apa?’ Sarah menjawab, ‘Allah melindungi(ku) dari tipu daya orang lalim, dan menghadiahkan Hajar padaku sebagai seorang pelayan’.”

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadist ini dari Hisyam, selanjutnya Bazzar menyatakan, “Tidak ada yang mengetahui sanad-sanad hadist ini dari Muhammad dari Abu Hurairah, selain Hisyam. Sementara yang lain meriwayatkan hadist ini secara mauquf.” [2]

Imam Ahmad menuturkan, ‘Ali bin Hafsh bercerita kepada kami, dari Warqa, Abu Umar Al-Yasykurim dari Abu Zanad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah, ia menuturkan, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Ibrahim tidak pernah berkata dusta, kecuali tiga kali, semuanya terkait Dzat Allah; kata-kata Ibrahim saat diajak (menyembah) berhala-berhala kaumnya, ‘Sesungguhnya, aku sakit,’ (Ash-Shaffat: 89), dan kata-kata Ibrahim, ‘Sebenarnya (patung) besar itu yang melakukannya.’ (Al-Anbiya: 63). Dan kata-katanya tentang Sarah, ‘Dia saudariku.’

Abu Hurairah meneruskan, ‘Ibrahim memasuki sebuah perkampungan, disana ada seorang Raja atau penguasa lalim. Ada yang berkata kepadanya, ‘Malam ini, Ibrahim masuk bersama seorang wanita yang sangat cantik.’ Si Raja atau penguasa lalim itu kemudian mengutus seseorang untuk menemui Ibrahim dan bertanya, ‘Siapa wanita yang bersamamu itu?’ Ibrahim menjawab, ‘Dia saudariku.’ Si Raja kemudian mengirim utusan untuk memanggil Sarah, Ibrahim berkata kepadanya, ‘Jangan kau dustakan kata-kataku, aku sudah menyampaikan padanya bahwa kau adalah saudariku, karena di atas bumi ini tidak ada seorang mukmin pun selain aku dan kamu.’

Baca Juga:  Planning a visit to New York? Avoid these 5 costly mistakes

Setelah Sarah masuk, si Raja berdiri menghampirinya. Sarah kemudian berwudhu, shalat, dan berdoa, ‘Ya Allah! Jika Engkau mengetahui aku beriman kepada-Mu dan rasul-Mu, maka jagalah kemaluanku kecuali untuk suamiku, jangan kau memberi kuasa pada orang kafir itu (untuk mengusikku).’ Si Raja itu lantas menutupi kepala (karena ketakutan) lalu lari dengan kencang’.”

Abu Zanad menuturkan, “Abu Salamah bin Abdurrahman meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Sarah mengucapkan, ‘Ya Allah! Jika dia (Raja Namrud) mati, tentu ada yang mengatakan bahwa aku yang telah membunuhnya.’ Akhirnya Namrud melepaskan Sarah.

Setelah itu Namrud kembali menghampiri Sarah, Sarah kemudian berwudhu, shalat, kemudian berdoa, ‘Ya Allah! Jika Engkau mengetahui aku beriman kepada-Mu dan rasul-Mu, maka jagalah kemaluanku kecuali untuk suamiku, jangan kau memberi kuasa pada orang kafir itu (karena ketakutan) lalu lari dengan kencang.’ Abu Zanad mengatakan, ‘Abu Salamah meriwayatkan dari Abu Hurairah, Sarah mengucapkan, ‘Ya Allah! Jika dia (Raja Namrud) mati, tentu ada yang mengatakan bahwa aku yang telah membunuhnya.’ Akhirnya Namrud melepaskan Sarah.

Kemudian pada kali kedua atau keempat, Namrud mengatakan, ‘Yang kalian datangkan tidak lain adalah setan. Kembalilah dia kepada Ibrahim dan berikan Hajar padanya.’

Sarah kemudian pulang dan berkata kepada Ibrahim, ‘Apa kau merasa bahwa Allah menangkal tipu daya orang-orang kafir dan memberiku seorang budak wanita?!”

Hanya Imam Ahmad yang meriwayatkan hadist dengan sanad di atas. Hadist ini sesuai syarat Muslim.

Ibnu Abi Hatim menuturkan, “Ayahku bercerita kepada kami, Sufyan bercerita kepada kami, dari Ali bin Zaid bin Jad’an, dari Abu Nadhrah, dari Abu Sa’id, ia tuturkan, semuanya diucapkan tidak lain demi membela agama Allah. Ibrahim berkata, ‘Sesungguhnya, aku sakit,’ (Ash-Shaffat: 89), ‘Sebenarnya (patung) besar itu yang melakukannya.’ (Al-Anbiya: 63). Dan kata yang ia sampaikan kepada seorang Raja saat menginginkan istrinya, ‘Dia saudariku’.”[3]

Kata-kata Ibrahim, “Dia saudariku,” maksudnya saudara seagama. Kata-kata Ibrahim kepada Sarah, istrinya, “Di muka bumi ini tidak seorang mukmin pun selain aku dan kamu,” maksudnya suami istri yang sama-sama beriman selain aku dan kamu. Harus diartikan seperti ini, karena Luth saat itu turut bersama Ibrahim, dan Luth adalah seorang nabi.

Kata-kata Ibrahim kepada Sarah saat ia pulang, “Mahyam?” maksudnya ada kabar apa? Sarah kemudian menjawab, “Sungguh, Allah telah menangkal tipu daya orang-orang kafir.” Riwayat lain menyebut; orang keji, maksudnya si Raja dan ia menghadiahkan seorang budak wanita sebagai pelayan.[4]

Baca Juga:  Kisahkan Ustaz Mendoakan Terpidana Mati NonMuslim, Film Ini Menang di Festival Internasional

Sejak istrinya dibawa pergi untuk menghadap Raja, Ibrahim terus shalat untuk Allah ‘Azza wa Jalla dan memohon agar melindungi istrinya dan menolak tipu daya si Raja yang bermaksud jahat kepada istrinya itu. seperti itu juga yang dilakukan Sarah. Saat musuh Allah itu hendak mengusik Sarah, Sarah berwudhu lalu shalat, kemudian memanjatkan doa agung kepada Allah seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.” (QS. Al-Baqarah: 45). Allah menjaga dan melindungi Sarah karena penjagaan yang Ia berikan kepada hamba, rasul, dan kekasih-Nya, Ibrahim Alaihissalam.

Sebagian ulama menyatakan, ada tiga nabi wanita; Sarah, ibu Musa, dan Maryam. Namun menurut Jumhur, mereka adalah wanita-wanita yang benar keimanannya.

Saya membaca dalam sebuah atsar, Allah ‘Azza wa Jalla menyingkap takbir antara Ibrahim dengan Sarah, sehingga Ibrahim bisa melihat Sarah saat berada di hadapan si Raja, bagaimana Allah menjaga Sarah dari niat jahat si Raja, agar hal itu lebih menetramkan hari dan Ibrahim, karena Ibrahim sangat mencintai Sarah karena agamanya, juga karena kekerabatan, di samping kecantikannya yang luar biasa. Menurut salah satu riwayat, setelah Hawa, tidak ada seorang pun yang lebih cantik dari Sarah. Segala puji dan karunia hanya bagi Allah.

Sebagian ahli sejarah menyebutkan, Raja Mesir yang dimaksud adalah saudara Dhahhak, seornag Raja yang dikenal lalim. Ia adalah penguasa Mesir di bawah kendali kakaknya. Menurut salah satu sumber, nama Raja tersebut adalah Sinan bin Ulwan bin Uwaij bin Amalaq bin Lawadz bin Sam bin Nuh. Ibnu Syam menyebutkan dalam At-Tijan, lelaki yang menginginkan Sarah adalah Amr bin Umru’ul Qais bin Mailun bin Saba’, ia saat itu menguasai Mesir. Demikian seperti yang dinukil Suhaili. Wallahu a’lam. 

  1. Bukhari dalam kitab Shahih-nya, kitab: Para nabi, bab: Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-nya.” (An-Nisa: 125).
  2. Bukhari, kitab: Para nabi, nomor 8, dan kitab: Nikah nomor 12, Muslim, kitab: Keutamaan-keutamaan, hadist nomor 154, Abu Dawud, kitab: Talak, hadist nomor 16, At-Tirmidzi, kitab: Tafsir surah Al-Anbiya. Hadist nomor 3166.
  3. Riwayat ini dhaif karena adanya Ali bin Zaid Jad’an dalam sanadnya. Ia dhaif. Baca: Taqribut Tahdzib (ll/37).
  4. Menurut kisah yang sudah banyak dikenal, Hajar adalah seorang budak wanita. Tetapi, Al-Allamah Al-Qadhi Al-Manshurfuri telah melakukan penyelidikan yang seksama bahwa Hajar adalah seorang wanita merdeka dan dia adalah putri Fir’aun sendiri. Lihat: Rahmatun lil ‘Alamin: ll/36-37, sebagaimana dikutip Syekh Al-Mubarakfuri di dalam Ar-Rahiq Al-Makhtum—edt.
Tags : Dunia IslamInspirasiKader BerbagiKe-IslamanKisahKisah Nabi IbrahimKomsasKomsas UMSarah dan Raja Lalim di Mesir
Komsas

The author Komsas

Merupakan Komisariat HMI tertua di Kota Malang dan Komisariat pertama sebelum adanya HMI Cabang Malang. Komisariat yang terlahir dari Kampus Universitas Negeri Malang yang dulunya di kenal dengan IKIP Malang.