close
Kader Berbagike-Islaman

Kisah Nabi Ibrahim (Bagian ke-10): Do’a Nabi Ibrahim Ketika Dilemparkan ke dalam Api

kisah-nabi-ibrahim

Saat Ibrahim diletakkan di manjaniq dalam posisi terikat kedua tangan di belakang pundak, lalu mereka lemparkan ke dalam kobaran api, ia mengucapkan, “Cukuplah Allah (sebagai Penolong) kami, dan Dialah sebaik-baik Pelindung,’ diucapkan Ibrahim kala dilemparkan ke neraka, juga diucapkan Muhammad saat dikatakan kepadanya, ‘Sesungguhnya, manusia (orang-orang kafir Mekkah) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka.’ Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung kami dan Allah sebaik-baik Pelindung.’ Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa’.” (Ali ‘Imran: 173-174).

Abu Ya’la menuturkan, “Abu Hisyam Ar-Rifa’i bercerita kepada kami, dari Abu Ja’far Ar-Razi, dari Ashim bin Abu An-Najud, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Saat Ibrahim dilemparkan ke dalam api, ia mengucapkan, ‘Ya Allah! Sungguh Engkau Esa di langit, dan di bumi aku hanya seorang diri yang beribadah kepada-Mu’.”[1]

Sebagian salaf menyebutkan, ketika Ibrahim berada di udara (saat dilemparkan ke dalam kobaran api), Jibril menawarkan bantuan padanya, Jibril berkata, “Hai Ibrahim! Apa kau punya suatu keperluan?” Ibrahim menjawab, “Tidak padamu’.”

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Sa’id bin Jubair, ia menuturkan, “Malaikat hujan mengatakan, ‘Kapan kiranya aku diperintahkan untuk menurunkan hujan?’ Namun, perintah Allah jauh lebih cepat. ‘Kami (Allah) berfirman, ‘Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!” (QS. Al-Anbiya: 69). Ali bin Abi Thalib menafsirkan, “Yaitu jangan membahayakannya.”

Ibnu Abbas dan Abu Aliyah mengatakan, “Andai Allah tidak berfirman, ‘Dan penyelamat bagi Ibrahim,’ tentu dinginnya api tersebut membahayakan Ibrahim’.”

Ka’ab Al-Ahbar mengatakan, “Diriwayatkan, Jibril berada di dekat Ibrahim, mengusap keringat dari wajahnya. Tidak ada satu pun bagian tubuh yang terkena jilatan api selain bagian tersebut.”

Baca Juga:  Rahmat Nabi Daud yang Menahan Ajal

As-Suddi mengatakan, “Malaikat naungan juga berasa di dekat Ibrahim. Ibrahim aman sentosa dikelilingi api. Ia berada di sebuah taman hijau, orang-orang yang melihatnya, namun mereka tidak bisa sampai ke tempat Ibrahim, Ibrahim pun tidak bisa keluar menemui mereka.”

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia mengatakan, “Kata-kata terbaik yang diucapkan ayah Ibrahim kala melihat sang anak berada dalam kondisi seperti itu, “Sebaik-baik Rabb adalah Rabb-mu, wahai Ibrahim!”

Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ikrimah, bahwa ibu Ibrahim melihat ke arahnya lalu memanggil, “Anakku! Aku ingin ke tempatmu itu, berdoalah kepada Allah agar menyelamatkanku dari panasnya api di sekelilingmu.’ ‘Baik,’ sahut Ibrahim. Ibu Ibrahim kemudian datang ke tempatnya tanpa terkena sedikit pun jialatan api. Saat sampai di tempat Ibrahim, ia memeluk dan menciumnya, setelah itu ia kembali’.”

Diriwayatkan dari Minhal bin Amr, ia menuturkan, “Aku diberitahu, bahwa Ibrahim bertahan disana selama 40 atau mungkin 50 hari. Ibrahim mengatakan, ‘Belum pernah aku melalui hari-hari dan malam yang lebih nikmat melebihi saat aku berada di dalam kobaran api. Aku ingin andai saja seluruh kehidupanku sama seperti saat aku berada di sana’.”

Kaum Ibrahim ingin mendapat pertolongan, namun harapan mereka sia-sia karena tidak ada siapa pun yang mau menolong. Mereka ingin memiliki derajat tinggi, namun mereka justru terhina, mereka ingin menang, namun Allah berfirman, “Dan mereka hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi.” (Al-Anbiya: 70). Mereka hanya mendapatkan kerugian dan kehinaan di dunia. Sementara di akhirat, api mereka bukanlah api yang dingiin dan memberikan keselamatan. Di neraka, mereka tidak mendapatkan ucapan penghormatan ataupun salam, namun seperti yang Allah sampaikan, neraka mereka adalah “Seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (Al-Furqan: 66).

Baca Juga:  Pak Budi memilih jadi guru dan khusnul khotimah

Imam Bukhari menuturkan, “Ubaidullah bin Musa bercerita kepada kami, atau Ibnu Salam darinya, Ibnu Juraij memberitakan kepada kami, dari Abdul Hamid bin Jubair, dari Sa’id bin Musayyib, dari Ummu Syuraik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk membunuh tokek, beliau mengatakan, ‘Karena ia ikut meniup api untuk Ibrahim’.”[2]

Juga diriwayatkan Muslim dari hadist Ibnu Juraij, diriwayatkan An-Nasa’i dan Ibnu Majah dari hadist Sufyan bin Uyainah, keduanya dari riwayat Abdul Hamid bin Jubair bin Syaibah.

Ahmad menuturkan, “Muhammad bin Bakar bercerita kepada kami, Ibnu Juraij bercerita kepada kami, Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Umaiyah mengabarkan kepadaku, bahwa Nafi’, bekas budak Ibnu Umar, mengabarkan kepadanya, bahwa Aisyah mengabarkan kepadanya, Rasulullah bersabda, “Bunuhlah tokek, karena ikut meniup api untuk membakar (Ibrahim).’ Nafi’ mengatakan, ‘Aisyah membunuh tokek-tokek’.”[3]

Ahmad menuturkan, “Isma’il bercerita kepada kami, Ayyub bercerita kepada kami, dari Nafi’, ada seorang wanita masuk menemui Aisyah, di sana ada sebuah tombak berdiri tegak. Wanita itu bertanya, ‘Untuk apa tombak itu?’ Aisyah menjawab, ‘Untuk membunuh tokek-tokek.’ Setelah itu Aisyah menyampaikan hadist dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ‘Sungguh, saat Ibrahim dilemparkan ke dalam kobaran api, seluruh hewan melata berusaha memadamkan api, kecuali tokek, ia (justru) meniup api untuk (membakar) Ibrahim’.”[4]

Hanya Ahmad yang meriwayatkan hadist di atas melalui dua jalur tersebut.

Ahmad menuturkan, “Affan bercerita kepada kami, Jarir bercerita kepada kami, Nafi’ bercerita kepada kami, Sumamah, budak milik Fakah bin Mughirah, bercerita kepadaku, ia menuturkan, ‘Aku masuk menemui Aisyah, lalu aku melihat sebuah tombak diletakkan, aku kemudian bertanya, ‘Wahai Ummul Mukminin! Untuk apa tombak itu?’ Aisyah menjawab, ‘Untuk kami gunakan membunuh tokek-tokek, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menyampaikan kepada kami, ‘Sungguh, saat Ibrahim dilemparkan ke dalam kobaran api, seluruh hewan di bumi berusaha memadamkan api, kecuali tokek, ia (justru) meniup (api untuk membakar Ibrahim).’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kami untuk membunuhnya’.”[5]

Baca Juga:  Budaya Larung Sungai Gintung - Filosofi Bersedekah

Juga diriwayatkan Ibnu Majah dari Abu Bakar bin Abu Syaibah, dari Yunus bin Muhammad, dari Jarir bin Hazim, dengan matan yang sama.

  1. Disebutkan Ibnu Asakir dalam At-Tarikh.
  2. Bukhari dalam kitab Shahih-nya, kitab: Para nabi, bab: Firman Allah SWT, ‘Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-nya.” (An-Nisa: 125), Muslim dalam kitab Shahih-nya, kitab: Salam, bab: Anjuran membunuh tokek, An-Nasa’i dalam sunan-nya, kitab: Manasik, bab: Membunuh tokek, Ibnu Majah dalam kitab Sunan-nya, kitab: Bintang buruan, bab: Membunuh tokek.
  3. Musnad Ahmad (VI/280).
  4. Musnad Ahmad (VI/317).
  5. Musnad (83/109)
Tags : Dunia IslamInspirasiKader BerbagiKe-IslamanKisahKisah Nabi IbrahimKomsasKomsas UM
Komsas

The author Komsas

Merupakan Komisariat HMI tertua di Kota Malang dan Komisariat pertama sebelum adanya HMI Cabang Malang. Komisariat yang terlahir dari Kampus Universitas Negeri Malang yang dulunya di kenal dengan IKIP Malang.