Di depan ratusan jamaah Pengajian Pitulasan di Kudus, KH. Mustafa Bisri menggambarkan kondisi dunia Islam akhir-akhir ini yang, menurutnya, “memperihatinkan”. Pria yang akrab disapa Gus Mus ini mencontohkan perang saudara sesama Muslim di Timur Tengah yang tak kunjung selesai. Timur Tengah yang selama ini sebagai referensi umat Islam semakin jauh dari visi rahmatan lil ‘alamin, katanya.
“Sampean (kalian) jangan bingung, mana yang Islam mana yang bukan Islam. Sana kok membunuh orang, sini kok membunuh orang juga. Sana kok ngebom, sini kok ngebom. Itu Islam sesama Islam, apa non-Islam dengan non-slam?” kata Gus Mus dalam pengajian yang diadakan di Masjid Al Aqsha Menara Kudus, Jawa Tengah, Ahad (12/7) malam.
Arab Saudi di antara negara yang merepresentasikan dunia Islam namun membuat banyak orang bingung, katanya. Meskipun menjadi kiblat umat Islam sedunia dan menyimpan segudang sejarah Islam, kenyataannya banyak yang tidak simpati dengan sikap politik Arab Saudi yang angkat senjata memerangi negara muslim lainnya.
“Pokoknya yang anti Islam semakin lama semakin meningkat gara-gara umat Islam yang tidak mencerminkan keislaman yang rahmatan lil ‘alamin, tapi justru laknatan lil ‘alamin,” sindir Gus Mus sebagaimana dikutip oleh situs resmi Nahdhatul Ulama.
Menurut Gus Mus, perhatian dunia pada Islam kini beralih ke Indonesia. Salah satu negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia ini telah menjadi referensi alternatif dalam memandang Islam. Karena itu, orang-orang yang geger mendengar istilah “Islam Nusantara”, menurut Gus Mus, ialah orang yang tidak pernah ngaji.
“Kalau pernah ngaji pasti tahu prinsip idhofah (penyandaran) mempunyai berbagai makna, dalam arti mengetahui kata Islam yang disandarkan dengan kata Nusantara,” jelasnya. Kiai asal Rembang ini mencontohkan istilah “air gelas”. Apakah maksudnya airnya gelas, air yang di gelas, air dari gelas, ataukah gelas dari air. Bagi orang yang pernah ngaji, tentunya paham persoalan ini, katanya.
Islam Nusantara, bagi Gus Mus, ialah Islam yang diajarkan Walisongo sejak dulu dan masih eksis di Indonesia hingga kini. “Islam ngono iku seng digoleki wong kono (Islam seperti itu yang dicari orang sana), Islam yang damai, guyub (rukun), ora petentengan (tidak mentang-mentang), dan yang rahmatan lil ‘alamin,” terangnya. Rais ‘Aam NU ini menambahkan, Wali Songo memiliki ajaran Islam yang benar-benar mencerminkan ajaran Kanjeng Nabi Muhammad. “Walisongo tidak hanya mengajak bil lisan, tapi juga bil hal, tidak mementingkan formalitas, tapi inti dari ajaran Islam,” tegas Gus Mus.
Edy/ Islam Indonesia