Para ahli sejarah menuturkan, Ibrahim menikah dengan Sarah dan Malik binti Haran. Maksudnya saudara sepupu Ibrahim.
Sarah mandul, tidak bisa mempunyai anak.
Tarikh kemudian bermigrasi bersama anaknya, Ibrahim beserta istrinya, Sarah dan keponakannya, Luth bin Haran, meninggalkan kawasan Kaldan menuju bumi Kan’an. Mereka singgah di Haran. Di sana, Tarikh meninggal dunia dalam usia 230 tahun. Ini menunjukkan, Ibrahim tidak dilahirkan di Haran, tapi di bumi Kaldan, yaitu kawasan Babilon dan sekitarnya.
Setelah singgah beberapa saat di Kaldan, mereka melanjutkan perjalanan menuju negeri Kan’an, yaitu di wilayah Baitul Maqdis. Mereka singgah di Haran, kawasan orang-orang Kaldan pada waktu itu. Mereka juga singgah di Jazirah dan Syam. Mereka menyembah tujuh bintang, dan orang-orang yang menghuni kota Damaskus juga memeluk agama yang sama.
Mereka menghadap ke arah kutub selatan, menyembah tujuh bintang dengan berbagai macam ritual gerakan maupun ucapan. Karena itulah, di setiap tujuh pintu gerbang Damaskus kuno terdapat patung bintang tersebut. Mereka mengadakan hari-hari besar dan kurban untuk bintang-bintang yang mereka sembah.
Demikian pula dengan penduduk Haran, mereka menyembah bintang-bintang dan berhala. Tidak terkecuali dengan penduduk seluruh bumi kala itu, mereka semua kafir, kecuali Ibrahim beserta istri dan keponakan, Luth a.s.
Melalui sosok Ibrahim, Allah melenyapkan keburukan-keburukan tersebut, melenyapkan kegelapan yang ada, karena sejak masih kecil, Ibrahim sudah dikaruniai akal dan jalan yang lurus, untuk selanjutnya diangkat sebagai rasul sekaligus kekasih Allah saat menginjak dewasa.